top of page

Yang Berlalu dan Memberi Arti

  • Writer: Bimanda Dharma Sahara
    Bimanda Dharma Sahara
  • Aug 21, 2018
  • 3 min read

Updated: Mar 12, 2021

Cepat hanyalah sebuah perasaan, sedangkan waktu dari dulu hingga kini tetaplah sama. Konsepsi satu hari adalah dua puluh empat jam lalu sejam sama dengan enam puluh menit serta satu menit merupakan enam puluh detik sudah disepakati dari awal ditemukannya lamanya waktu, kerelativitasan ialah perasaan manusia itu sendiri.


Jam di dinding masih menunjukkan pukul 3 pagi, tapi 2 orang mahasiswa sudah terbangun untuk mulai bersiap-siap berkemas sambil menunggu teman-teman yang lain datang ke rumah kecil tempat kami berkumpul. Hari itu bukan hari yang spesial tapi mungkin akan menjadi hari yang paling berkesan bagi beberapa orang. Tanggal 20 Juni 2018 tepatnya kami memulai perjalanan kami dari kota pasundan tempat kami menimba ilmu menuju tempat yang bahkan baru tahu Namanya beberapa hari yang lalu. Perasaan campur aduk, antara senang untuk akhirnya kami bisa melepas rutinitas perkuliahan yang umumnya kami mulai pada jam 7/9 pagi tapi beberapa dari kami khususnya saya selaku komandan operasi sekaligus koordinator ENJ tim ITB tahun ini merasakan sedikit ketakutan akan melakukan perjalanan karena ini pertama kalinya saya melakukan perjalanan jauh Bersama 24 orang lainnya.


Pada hari minggu, tanggal 22 Juli 2018 kami tiba di Pulau Lombok, di sana kami beristirahat selama semalam di Pol Damri Kota Mataram sebelum kami melanjutkan perjalanan kami menuju P. Sumbawa. Keesokan harinya, pada pukul 06.00 WITA kami bergegas untuk menaikkan seluruh barang ke atas bis DAMRI dan dibantu oleh petugas, diikatlah seluruh barang bawaan kami agar tidak jatuh selama perjalanan. Destinasi kami terletak di pesisir pantai selatan Kabupaten Sumbawa Barat bernama Desa Talonang Baru. Selama hampir 12 jam kami harus duduk karena memang tidak ada pilihan transportasi lain untuk menuju daerah tersebut. Semua jenis jalan kami lewati dari aspal mulus hingga jalan berbatu, kemudian tepat pukul 16.00 WITA kami tiba di depan Kantor Desa Talonang Baru. Kami sudah ditunggu oleh salah satu staf desa dan setibanya di sana kami langsung menuju rumah kosong berwarna merah yang nantinya akan kami jadikan sebagai basecamp.


Selama 14 hari berkegiatan, kami melakukan beberapa kegiatan yang dibagi dalam beberapa bidang antara lain pertanian, pendidikan dan agama. Di bidang yang pertama yaitu pertanian. Kami melakukan semacam sosialisasi terhadap masyarakat Talonang Baru agar tergerak untuk mencoba diversifikasi tanaman dengan menanam tembakau. Kami melihat bahwa dengan curah hujan yang tidak terjadi sepanjang tahun dan sistem irigasi yang masih kurang memadai. Warga bisa mencoba untuk menanam ini selain jagung yang biasa mereka tanam.


Kemudian di bidang pendidikan kami melakukan beberapa program antara lain melakukan kegiatan belajar-mengajar. Dengan banyaknya ekspeditor yang tertarik di bidang ini dan didukung oleh guru di sana maka kami setidaknya mengajar di beberapa waktu. Lalu kami juga melakukan kelas inspirasi terhadap adik-adik SD dan SMP. Hal ini bertujuan untuk senantiasa menjaga semangat belajar mereka. Dan yang terakhir kami membuat sebuah program untuk mengaktivasi ekstrakurikuler drum band yang pada di saat acara puncak mereka tampil untuk pertama kalinya di depan masyarakat Talonang Baru.


Lalu yang terakhir kami melakukan beberapa program di bidang agama, kami melihat budaya Islam masih kental dan sangat memiliki potensi yang besar. Adapun program yang kami lakukan adalah tadarus, yaitu mengaji di setiap masjid. Umumnya dilakukan selama 3 kali seminggu setelah Shalat magrib. Lalu kami juga melakukan tadabur alam, yaitu semacam amazing race yang bertemakan agama. Selain memperkuat ilmu tentang agama. Program ini juga diharapkan dapat mempererat tali persaudaraan di antara mereka.


Di hari terakhir kami melakukan semacam pentas seni yang diisi oleh penampilan dari anak-anak Talonang Baru dan ditutup oleh doa dan harapan. Pada tanggal 6 Agustus 2018 kami kembali ke Bandung dengan perasaan senang, haru sekaligus bangga. Semoga apa yang kami lakukan dapat membawa dampak yang baik dan senantiasa ikut membangun bangsa ini!


‘belajar, belajar, belajar’ itulah yang selalu kami lakukan disana, kami datang sebagai murid, bukan guru yang serta merta menganggap mereka sebuah objek yang tidak berdaya. Jikapun terdapat kegiatan yang bersifat ‘mendidik’. Kami hanyalah pendengar, bukan yang sok tahu dan stereotipikal. Sebisa mungkin kita menggunakan kacamata masyarakat talonang baru dan melepas kacamata kami sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Disana kami tahu, bahwa yang indah bukanlah perbedaan tapi toleransi, pembelajaran sama dengan berproses.


Jalesveva Jayamahe!



Commentaires


  • Instagram
  • LinkedIn
  • 77-behance-512
bottom of page